Minggu, 09 Mei 2010

Harga Murah Mutu Terserah

Hari minggu yang lalu saya, istri dan anak-ku yang kecil njemput kakaknya yang sedang ada acara siaga di Bumi Perkemahan Cibubur. Acaranya sendiri cuman setengah hari, berangkat pagi dan pulang menjelang siang atau jam 12-an.

Seperti biasa pula dalam acara-acara seperti itu akan di hadiri pula oleh para penggembira pencari laba alias penjual makanan, minuman atau mainan-mainan.

'Nah ini dia' begitu barangkali yang terbersik dalam benak anak-ku yang kecil, ada abang-abang penjual mainan. Penjual mainan ini hanya membawa dagangannya dengan di bopong kesana-kemari. Dalam barang dagangannya sudah pasti ada beberapa macam mainan yang dicantolkan di media bopongannya tersebut.


Mainan-mainan tersebut barang tentu mengundang anak-anak kecil untuk mendekat dan ingin memilikinya. Mainan-mainannya menarik baik dari segi bungkus maupun modelnya. Modelnya seringkali mengikuti apa yang ngetrend di dalam film anak-anak.

Dari mana lagi kalau mainan-mainan tersebut tidak dari Negara tirai bambu alias China. Di labelnya tertulis jelas 'Made In China'. Begitu kita membaca dimana barang itu dibuat pikiran para pembeli pun sudah melayang jauh dan menerka pasti harganya hak mahal-mahal amat. Apalagi hanya di jual oleh abang-abang. Harganya pasti sangat terjangkau.

Dan benar setelah anakku men-scanning mainan di cantolan-cantolan itu segera anakku pun menunjuknya dan bilang ke saya 'boleh ngga Yah aku beli mainan itu' dan pertanyaan standard saya 'mahal ngga?' dan segera dia akan nanya ke abang-abangnya 'berapa bang yang itu?' tanya anakku lagi.

Dan abangnya pun segera dengan cekatan mengasih tahu harganya ke kita. Mulailah harga tawar menawar untuk barang itu. Katakanlah mainan itu ditawarkan dengan harga Rp 15Ribu langsung secara reflek jurus tawar 50% pun keluar dan dibalas sama abang-abangnya modal belinya saja Rp 8Ribu pak begitu dia mempertahankan harganya. Dan ngga kalah cepatnya saya pun langsung bilang Rp 10Ribu ya, wah belum bisa pak. Ya kalau boleh segitu kalau ngga ya sudah jawab saya, eeee ternyata kalau ayah tahu ngga mau beliin jika harganya tidak 10Ribu anakku masih tetap merengek agar tetap dibelikan. Nah momen itu yang ditunggu-tunggu penjual untuk tetap bertahan pada harganya. Tapi karena saya pun mendesak si penjual maka jadilah harga Rp 10Ribu dia lepas.

Sebenarnya dalam benak saya begitu melihat barang mainan yang dibeli tadi juga sempat mikir. Bagaimana yang barang-barang mainan begini bisa begitu murah ya? padahal dari segi model cukup bagus dan kalau digunakan juga cukup menarik. Tapi kalau dari segi bahan memang sangat terlihat ringkih dan asal-asalan. Apakah si produsen China ngga rugi ya? untuk kirim ke Indonesia saja berapa? untuk biaya pembuatannya berapa? Sampai ke distributor di Indonesia berapa? sampai ke abang-abang berapa?

Tapi sepertinya memang ada trik dagang yang mereka mainkan. Terutama dalam hal mainan ini kalau menurut saya memang sengaja di buat tidak perlu berbahan yang bagus dan awet kalau bisa sehari di pakaipun sudah langsung rusak. Padahal si anak belum sempat meng-eksplor mainan tersebut sampai tuntas tapi dalam waktu yang singkat sudah rusak. Alhasil anak akan tetap penasaran dengan mainan itu dan dampak spekologi-nya anak pasti akan minta mainan lagi. Dengan minta lagi berarti orang tuanya akan berusa membelikan lagi dan pasti yang dicari juga yang murah-murah lagi.

Dampak itu kalau hanya terjadi pada sebagian kecil atau satu dua anak tidak akan berdampak banyak pada produsen barang mainan, tapi kalau dampak itu diciptakan untuk ribuan anak maka proses pembuatan mainan alias permintaan mainan di pasar akan senantiasa tinggi. Itu artinya Produsen dalam kesehariannya akan terus dan terus tetap membuat mainan tanpa takut kehilangan pasar karena memang permintaan akan selalu tinggi.

Tapi ya itu tadi jangan tanya mutunya terhadap barang-barang seperti itu ; makanya mutu terserah tapi harganya murah dan laku dan tetap dicari. Memang benar-benar aneh orang itu ya.

Selengkapnya!

Senin, 03 Mei 2010

Kutunggu Tunasmu

Dua minggu yang lalu saya dan bapak merapikan sejengkal tanah yang lama ngga terurus. Tanah itu banyak ditumbuhi rerumputan. Rumputnya sudah tinggi-tinggi. Apalagi bulan-bulan sebelumnya curah hujan cukup banyak, menjadikan rumput-rumput menjadi sangat subur.

Setelah dibabat habis rumput-rumput itu, seminggu kemudian bapak sudah membawa potongan-potongan batang ubikayu alias singkong yang sudah dikemas dalam dus yang cukup besar. Ada kali kalau sekitar 200-an potongan batang ubi.

Berikutnya potongan-potongan batang itu pun siap untuk di tancapkan di tanah yang sudah terbebas dari ilalang. Lama ngga melakukan kegiatan-kegiatan kayak gini, ternyata membuat badan semua terasa pegal dan linu. Sampai-sampai jari-jari tangan ikut-ikutan 'njarem'. Tapi terasa menyenangkan, jadi teringat lagusnya Koesploes teantang tanah kita yang subur ketika batang-batang singkong itu di tancapkan. Memang tanah kita ini sangat subur. Dengan hanya batang-batang yang dipotong dan di tancapkan tidak dalam waktu yang lama sudah akan tumbuh dan menghasilkan ubi.

Sudah ngga sabar rasanya untuk segera melihat batang-batang itu segera keluar tunas-tunasnya dan tumbuh menjadi besar. Dan ngga sabar juga segera ingin melihat apakah hasil bertancap ria ini akan menghasilkan singkong yang baik atau tidak.

Apapun kalau dilakukan sendiri sense of belonging-nya jadi tinggi. Rasa memiliki dan kepeduliannya menjadi meningkat. Kutunggu tunasmu dari batang-batangmu.

Selengkapnya!

Pagi Yang Lancar

Hari ini untuk sebagian besar orang tua yang anaknya duduk di kelas enam SD pasti sedang meresa mules. Karena pagi ini anak-anak mereka sedang berjibaku untuk mengerjakan Ujian Nasional untuk kelulusan SD.

Di sekitar saya banyak orang tua yang lebih was-was dibandingkan anaknya sendiri yang akan menjalani ujian kelulusan. Kita kebanyakan heran kenapa justru orang tuanya yang was-was? Sementara anaknya sendiri tidak? Apakah anak-anak sekarang tidak merasa bertanggung jawab atas nasipnya sendiri? Ataukah kesadaran mereka untuk itu untuk usia di tingkat SD ini kurang?

Apapun alasannya, orang tua mesti tetap menyadari hal ini jauh-jauh hari supaya tidak terlambat. Dengan orang tua yang dua-duanya bekerja seringkali agak sedikit mengabaikan perhatian kepada anak. Waktu dan tenaganya seolah sudah terkuras habis untuk bekerja sehingga ruang untuk anak menjadi sangat sedikit bahkan sering kali hilang.

Tetapi dengan adanya pagi ini saya jadi diingatkan, karena jalanan pagi ini relatif lancar. Ini dampak adanya ujian anak SD dan liburnya anak-anak diluar klas enam. Dampak ini sangat bisa dirasakan khususnya Jakarta tidak menjadi macet. Dan tentunya kebanyakan orang tua terutama ibu/mama yang punya anak SD klas 6 akan mengambil cuti untuk mendampingi anaknya belajar.

Dengan moment seperti ini bisa menjadi cara untuk mendekatkan anak dan orang tua dan memberikan perhatian penuh untuk masa depan anak-anaknya.

Selengkapnya!

It Doesn't Happen Overnight

Tidak ada sesuatu yang muncul 'mak bedunduk' segala sesuatunya mesti melalui proses. Proses yang dilalui bisa panjang bisa pendek.

Kadang kita melihat ada sesorang yang ingin mendapatkan sesuatu dimana orang itu baru berujar pada saat itu dan tidak lama kemudian apa yang diinginkan terkabul.

Apakah kita menyebutnya 'It Happen Overnight'. Bisa jadi tidak, karena kita tidak tahu apakah orang itu sebelumnya sudah melalui proses yang panjang untuk menggapainya dan kebetulan orang itu baru berujar di depan mata kita.

Selengkapnya!

Minggu, 02 Mei 2010

Manual Ke Matic

Mendengarnya saja saya sudah sakit perut he he he. Karena banyangan saya untuk memulai sesuatu yang belum pernah adalah hal yang sulit. Mungkin dengan adanya pandangan itu makanya sejak awal saya agak-agak ngeper jika harus bawa kendaraan MATIC.

Tapi karena terpaksa oleh keadaan eeehhh ternyata bisa juga ya. Apa yang awalnya terbayang sulit setelah dijalani ternyata mudah koq dan tidak seruet yang dibayangkan.

Banyak mitos mengenai kendaraan MATIC, kalau MATIC itu boros, kalau MATIC itu mahal perawatan, kalau MATIC itu susah, kalau MATIC itu ngga punya tarikan, dll. Kayaknya yang sebagian dianggap mitos bisa jadi memang benar adanya, sebagai contoh MATIC mahal diperawatan adalah akan lebih cepatnya ganti kampas REM, karena peran kopling yang saya rasakan saat ini digantikan oleh REM dan memang jadi lebih banyak nge-rem jika dibanding dengan manual. Kalau manual masih bisa jarang nge-rem karena bisa memanfaatkan kopling sebagai fasilitas nge-rem walau tidak disarankan.

Dari kejadian diatas saya mendapatkan pelajaran yang berharga yaitu jika kita hanya membayangkan sesuatu dan tidak berani mencoba maka yang terbayang hanya sulitnya saja. Tapi segala sesuatu jika mulai dilakukan maka belum tentu hal yang kita bayangkan sulit adalah sulit beneran.

Selengkapnya!