Jumat, 24 April 2009

Melestarikan Budaya Sejak Dini

'Nguri-uri budaya' atau biasa disebut juga melestarikan budaya yang di tanamkan sejak kecil. Saya dan istri mencoba menawarkan kepada anak akan mengikuti ekstra kurikuler apa di sekolah? Dan dia memilih untuk ikut es-kul nari. Beberapa bulan terakhir ini sekolahnya mengirimkan es-kulnya untuk ikut tampil di TMII dan juga dalam ajang lomba.

Sebelumnya Vivin (anak saya) ngikuti acara tampil bersama dengan kelompok nari dari berbagai sekolah di bekasi, yang ditampilkan adalah tari Blantek. Dan yang saat lomba atau pada acara yang lain yang ditampilkan dari sekolah adalah tari 'TOPI'. Pada kejuaran lomba tersebut dari sekolahnya dapat memperoleh juara umum dan juara I untuk kelompok tari 'TOPI'nya. Jadi ikut seneng sih kalau anak sudah mulai berapresiasi terhadap budaya tradisional.

Gambar di bawah adalah foto-foto Vivin Nari di TMII.


Vivin dan temennya sedang nari Blantek
di Anjungan Jawa Timur


Vivin dalam pakaian tari Blantek foto di belakang
anjungan Jawa Timur


Vivin dan teman-teman
foto bersama habis nari Topi


Vivin berpose dengan piala

Selengkapnya!

Senin, 20 April 2009

Akhirnya Tumbang Juga

Bulan-bulan terakhir ini saya sebenarnya sudah banyak melakukan aktifitas untuk menggerakan badan saya. Banyak harapan saya dengan melakukan kegiatan kebugaran. Tetapi kenyataannya tubuh dan badan ini tetap punya ambang batasnya. Kata teman saya faktor 'U' juga sangat berpengaruh. Faktor 'U' yang dimaksud adalah faktor usia. Usia dari hari-ke-hari semakin berkurang atau bertambah (mana yang bener ya). Ya pokoknya itulah, itu memegang peranan semakin besar terhadap kebugaran tubuh.

Semakin bertambah usia semakin banyak aktifitas yang meninggalkan gerak dan semakin banyak memakan pikiran. Jadinya pikiran kadang juga sudah tidak mampu lagi mengelola dengan nalar yang benar. Memang benar kata-kata bijak 'Men Sana In corpore sano' (halahh bener ngga tuh tulisannya) yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula. Itu kata-kata memang sakti. Dengan kondisi badan yang loyo juga berpengaruh pada kemampuan berpikir juga. Kalau kepala terasa cenut-cenut mana mungkin bisa digunakan untuk berpikir optimal.


Hampir 2 minggu akhirnya badan-ku diperingatkan oleh-Nya, 'hai kamu perhatikanlah tubuh-mu jangan kau cuekin saja' kira-kira gitu kali Yang Kuasa memperingatkan-ku. Karena setelah cek darah hasilnya 10 harian yang lalu aku di cap dengan total WIDAL 1/320 yang mestinya hasilnya yang tertera di sana adalah NEGATIF. Itu artinya 'kamu kena THYPUS' begitulah si dokter menjelaskan hasil periksa LAB-ku.

Ujung-ujungnya si dokter bilang 'ini saya buatkan 3 hari istirahat di hari kerja ditambah hari ini (red: minggu) jadi 4 hari istirahat ya', agak sedikit ngeyel saya nyletuk lho tekanan darah saya normal 120/80, bab (alias buang air besar ngga masalah), suhu badan 36 derajat khan saya fit dokter. Ya nurut saja dech sama saya 'situ harus istirahat'.

Ngga percaya sama tuh dokter seninnya saya paksa masuk kantor. Siang saya minum obat si dokter dan sore saya pulang jam 5 sorean. karena jalanan macet habis hujan badan saya kerasa ngga enak dan semakin ngga enak seperti mau pingsan. Lha padahal saya nyetir sendiri dan rumah masih jauh. Alamak kayaknya aku dah ngga kuat nyetir nich dan mata dah kunang-kunang. Kuminggirin saja kendaraan dan telpone ke rumah untuk jemput pakai taksi saja biar bisa bawa kendaraan-ku.

Seumur-umur terasa kliyengan ya baru itu. Dan jemputan dateng langsung meluncur ke RS gawat darurat lagi untuk periksa hasilnya masih tetap dengan tekanan darah normal, suhu normal hanya terasa perut mulesss pollll dan kliyengan masih tetap. 'Bapak sih ngga nurut suruh istirahat' begitu si dokter yang periksa menggerutu. Badan ini memang butuh rileksss jangan dipaksa melulu sekali-kali bikin tubuh segar supaya hidup lebih hidup he he he he. Trima kasih dah diberi peringatan Tuhan.

Selengkapnya!