Senin, 07 April 2008

Sovereign Hill - Ballarat

Satu lagi cerita yang ingin saya sampaikan tentang Sovereign Hill di Ballarat. Tempat ini kurang lebih 100 Km dari Melbourne atau 1.5 jam perjalanan. Jalan yang dilalui bisa melewati jalan bebas hambatan atau barangkali seperti jalan tol. Cuman yang saya perhatikan tidak terdapat pintu tol untuk melakukan pembayaran. Dan yang lebih menarik lagi dari cerita sang driver bahwa Australia ini ternyata penduduknya sangat sedikit sekali yaitu hanya sekitar 20 Juta orang. Hal itu juga disampaikan oleh Murray salah satu Head of IT Architecture Crazy Johns.


Dalam sepanjang perjalan itu memang terlihat tidak terlalu ramai di jalan by pass nya. Dan rumah-rumah pendudukpun tidak terlalu padat seperti Jakarta. Suasana jalannya bisa hampir mirip dengan Tol Padalarang menuju Bandung. Dengan hawa yang dingin yaitu sekitar 8-9 drajat dan dibarengi dengan angin yang kencang menambah hawanya semakin dingin. Sebetulnya pas tanggal 2 April 2008 hari ke dua kami disana terjadi Angin Ribut. Banyak pula pohon-pohon tumbang di kanan-kiri jalan. Info tentang angin ribut ini malah saya dapat dari teman di Indonesia lewat SMS. Karena saya mengira cuaca seperti itu biasa terjadi di Melbourne.



Sebelum menuju ke Sovereign Hill kami sempat dibelokan untuk melihat dari dekat hewan ciri khas Australia yaitu kanguru. Kami sempat mampir sebentar ke wild life park untuk melihat kanguru dan hewan-hewan liar yang ada di Australia. Termasuk melihat aligator yang dulu sering muncul pada acara TV Indonesia yang pembawa acaranya meninggal karena digigit hewan yang sedang di shouting-nya. Wah namanya siapa ya? (Erwin ... atau siapa maaf saya lupa).


Setelah menyempatkan diri untuk melihat dari dekat binatang-binatang yang biasa hidup di Autralia, baru kami menuju ke Sovereign Hill. Tempat ini terkenal dengan tambang emas-nya yang dulu pernah ditambang pada saat penjajahan Inggris. Di tempat ini pula terdapat satu lokasi yang tetap dipertahankan ke aslian lokasinya plus rumah-rumah dan bangunan-bangunan tempoe doeloe-nya.


Kalau melihat dari dekat tentang Sovereign Hill ini saya teringat saat kecil tentang film-film yang pernah di putar di TV Indonesia. Ceritanya saya sendiri lupa dan hanya samar-samar saya dapat mengingatnya. Film tersebut memang sangat di gandrungi di Indonesia karena pada waktu itu belum banyak tontonan di TV kita. Begitu ada acara TV yang agak menarik maka setiap orang yang punya TV akan menontonnya. Ceritanya kurang lebih tentang kehidupan orang Autralia tempoe doeloe yang alat transportasinya masih menggunakan kuda atau bendi. Dan pakainnya untuk cowoknya ala cowboy sedang ceweknya mengenakan baju panjang sampai tanah dengan bagian bawah yang lebar dan dikepala mengenakan topi atau sekedar kerudung.


Di tempat itu suasanannya memang masih diciptakan seperti itu. Jadi di sana masih ada bar-bar yang jual bir atau wine dengan model lama dan juga ada pengamennya dengan menyanyikan lagu-lagu lama pula. Di luar juga ditunjukan berbagai alat untuk melakukan pekerjaan tambang yang dapat di sewakan. Dan masih banyak atraksi-atraksi lain di tempat ini. Misal saja ada teaternya, ada pantominnya, ada drama marah-marah saat mandor tambang memerintahkan pekerjanya ada moseumnya, dan lain sebagainya.



Tidak ada komentar: