Selasa, 04 November 2008

Ketika Anak-ku Panas

Mulai hari minggu yang lalu badan anak-ku mulai mriyang (panas) dan panasnya mulai meninggi menjelang pagi hari. Mendadak badannya seperti menggigil kadang-kadang dan dalam tidurnya menjelang pagi itu suka diselingi dengan mengigau. Kalau sudah seperti itu hati saya selalu was-was. Dan, rasanya saya ingin agar pagi semakin terang saja supaya saya bisa segera mengantarkannya ke dokter yang jaga 24 jam.

Perasaan was-was itu selalu berkecamuk dari detik-ke detik. Sebetulnya rasa was-was itu di picu oleh banyak pemberitaan baik di surat kabar maupun media elektronik yaitu dengan banyaknya korban karena akibat nyamuk demam berdarah. Jadi bayangan saya pun langsung mengarah ke sana jika anak saya panas. Janga-jangan nanti di habis digigit nyamuk yang ganas atau jangan-jangan dia makan makanan yang tidak sehat yang menyebabkan tipes.

Selain pemebritaan tentang ganasnya nyamuk demam berdarah, akhir-akhir ini sering ada pemeberitaan makanan yang mengandung zat-zat kimia yang sebenarnya tidak layak makan. Dan dari pemebritaan itu biasanya makanan itu banyak di jual atau di campur pada makanan anak-anak.

Ternyata pemebritaan yang bertubi-tubi dengan berbagai bumbu bahasanya itu bisa mempengaruhi pola pikir orang. Ya dampak seperti yang saya alami itu, begitu anak saya panas begitu saja saya harus segera waspada dan kalau bisa harus segera ke dokter. Saya hanya bisa membayangkan bagaimana untuk orang-orang yang tidak selalu siap dengan persedian dana untuk keluarganya yang sakit. Sementara ke dokter dan beli obat sekarang ini mahal. Lebih tragisnya lagi untuk membayar itu semua tidak bisa kredit alias harus cash.

Bayangan tentang hal seperti itupun kadang mengantuhi saya. Apa yang mereka lakukan jika ada keluarganya yang sakit tetapi tidak punya biaya untuk berobat? Ujung-ujungnya merekapun harus pasrah dengan mengharapkan ada mukjijat agar keluarga bisa sembuh tanpa harus mengeluarkan biaya untuk berobat. Bagaimana dengan si sakit sendiri yang tidak mendapatkan perawatan yang memadai tentunya sangat tersiksa dengan sakitnya itu. Dan peristiwa semacam ini sangat banyak terjadi disekeliling kita bahkan mungkin di lingkup keluarga kita.

Pelajaran apa yang bisa diambil dari permasalahan tersebut? yang jelas menjaga kesehatan itu adalah investasi tiada tara. Tapi untuk investasi menuju sehat kadang-kadang kita banyak melakukan penundaan dan membiarkan dulu sakit baru membayar sakit itu dengan uang yang mahal itupun jika mempunyai uang untuk berobat. Jika tidak punya yang akan membiarkan sakit itu bersarang dalam tubuh atau berusaha semampunya saja yang bisa-bisa sampai berakibat fatal.

Investasi kesehatan bisa di sampaikan mulai dari keluarga kita, setidaknya dari diri sendiri dulu agar tetap menjaga kebugaran yaitu salah satu keseimbangan dalam hidup ini yang meliputi tiga hal yaitu Jiwa, Tubuh dan Pikiran agar tetap seimbang.

Tidak ada komentar: