Selasa, 25 September 2007

The Wall-Mart Story

Pendiri Wall Mart bernama Sam Walton yang terlahir dari keluarga miskin petani di kota kecil Kingfisher, Oklahoma pada tanggal 29 Maret 1918. Kehidupan keluarga itu makin sulit, karena tahun itu memasuki zaman Depresi Ekonomi di AS. Tapi Sam kecil bukanlah anak cengeng. Tekanan ekonomi justru membuatnya tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan mandiri, dan bahkan berhasil masuk ke University of Missouri di mana ia menyelesaikan kuliah ekonominya.

Untuk membiayai kuliahnya, Sam menjadi loper koran dan lifeguard kolam renang di kampusnya. Prestasinya di bangku kuliah membuatnya hanya butuh waktu tiga hari setelah lulus di tahun 1940 untuk mendapatkan pekerjaan di J.C. Penney's di Des Moines, Iowa dengan gaji US$ 75/bulan. Di sinilah ia mulai belajar tentang bisnis retail.

Di tahun 1942, ia keluar dari J.C. Penney's dan bergabung dengan militer AS dalam Perang Dunia II sebagai perwira intelijen yang mengawasi pabrik pesawat dan kamp tawanan perang. Di tahun yang sama ia menikahi Helen Robson, anak seorang bankir. Usai menunaikan dinas militernya di tahun 1945, dengan berbekal uang pinjaman dari sang mertua, Sam menjadi franchisee dari Ben Franklin five-and-dime stores. Usahanya ini sukses dan bahkan tokonya mampu tampil terbaik dalam hal penjualan dan laba dari semua franchisee di 6 negara bagian.

Di tahun 1962, Sam punya ide untuk mendirikan toko yang lebih besar, dekat dengan daerah pinggiran, harga barang yang rendah dan banyak memberikan diskon. Ide ini ditolak oleh pihak franchisor. Tanpa ragu, Sam lalu mendirikan usahanya sendiri yang dinamakan Wal-Mart di tahun yang sama.

Di sini ia leluasa mengembangkan idenya dan melengkapi tokonya dengan lebih banyak barang, harga murah, sering memberikan diskon, lokasi yang mudah dijangkau, buka pada hari libur, dan membeli barang langsung dari grosir untuk mendapatkan harga murah. Dengan harga per barang yang murah, maka ia dapat menjual barang dengan jumlah yang lebih banyak dan menaikkan volume penjualan dan keuntungan.

Ide lain yang tergolong revolusioner saat itu adalah konsep "self service" di tokonya. Sam mengubah kasir pembayaran yang dulunya ada di tiap konter menjadi terpusat di lokasi depan toko, di mana pelanggan tinggal membayar belanjaannya sekaligus. Kasir akan menghitung semua belanjaan serta menaruhnya di kantung belanja dan pelanggan tinggal membayarnya di satu tempat.

Demi kepuasan pelanggan, Sam juga menyediakan lebih beragam barang, program promosi, serta menjaga kebersihan serta penerangan tokonya. Tak lupa ia menawarkan pembagian keuntungan kepada stafnya untuk menjamin loyalitas mereka. Sam juga menyisihkan keuntungannya bagi kegiatan amal di lingkungan tempat tokonya berada.

Resep ini ternyata sangat ampuh dan bisnis Sam berkembang sangat pesat sampai kini dan mampu menjadi raksasa retail yang sangat tangguh dengan lebih dari 4.000 jaringan toko di seluruh dunia dan keuntungan miliaran dolar AS.

Dalam bukunya "The Wall-Mart Story", Sam membuka rahasia kesuksesannya yakni "10 Rules for Building a Successful Business":

Rule 1: Berkomitmenlah pada bisnis AndaPegang prinsip ini melebihi orang lain.

Jika kita mencintai apa yang kita kerjakan, maka dengan sendirinya kita akan berbuat yang terbaik untuk mengerjakannya. Hal ini akan menular dengan cepat pada orang-orang sekitar kita.

Rule 2: Bagilah keuntungan kepada semua staf serta perlakukan mereka sebagai partner

Jika Anda mampu melakukan hal ini, maka bersama Anda, mereka akan menunjukkan performa yang jauh melebihi harapan Anda. Tawarkan saham perusahaan pada mereka, jika perlu dengan harga diskon dan hadiahi mereka dengan saham sebagai bekal pensiun. "Hal ini adalah hal terbaik yang pernah kami lakukan," ujar Sam Walton suatu ketika.

Rule 3: Motivasi partner usaha Anda

Selalu buat cara yang baru dan lebih menarik untuk memotivasi para staf maupun rekanan. Tentukan target yang lebih tinggi, tumbuhkan kompetisi yang sehat, rotasikan staf secara berkala agar mereka tetap merasa tertantang dan buat skor untuk penilaian prestasi. Agar semakin menarik, Anda harus lebih kreatif saat membuat langkah baru untuk memotivasi, sehingga mereka sukar memprediksi apa yang akan Anda lakukan selanjutnya.

Rule 4: Komunikasikan apa saja yang bisa Anda lakukan pada para rekan bisnis

Semakin mereka tahu apa yang bisa Anda lakukan, maka mereka makin paham. Makin mereka paham, maka mereka akan lebih peduli. Dan jika rasa peduli itu sudah ada, maka tidak ada satu hal pun yang bisa menghentikan mereka. Jika Anda diliputi rasa tidak percaya, maka mereka akan tahu bahwa Anda menganggap mereka sebagai partner dan bisa saja malah lari ke kompetitor Anda.

Rule 5: Hargailah apa yang telah dilakukan oleh staf Anda

Loyalitas mungkin bisa di dapat dari gaji tinggi atau tawaran saham. Tapi sebagai manusia, kita akan gembira bila ada yang secara tulus mengatakan bahwa apa yang telah kita lakukan adalah sesuatu yang benar-benar berharga. Intinya adalah penghargaan atas apa yang telah kita lakukan, apalagi jika hal itu adalah sesuatu yang patut dibanggakan. Apresiasi positif ini sama sekali tidak makan biaya, tapi tak ternilai harganya.

Rule 6: Rayakan kesuksesanJika terjadi kesalahan atau kegagalan, jangan lekas terpuruk.

Cari unsur humor dari kegagalan itu dan tertawalah bersama. Bergembiralah dan selalu tunjukkan antusiasme dalam bekerja. Dan jika sukses jangan lupa pula untuk merayakannya, jika perlu dengan cara yang konyol.

Rule 7: Selalu dengarkan apa yang dikatakan orang-orang di dalam perusahaan dan cari cara agar mereka mau bicara

Mereka yang ada di garis depan-dan selalu berbicara dengan pelanggan-adalah yang paling tahu apa yang diinginkan pelanggan. Dengarkan mereka dan selalu cari jalan agar ide mereka bisa keluar, dan bila memungkinkan wujudkan ide mereka yang berkualitas. Dengan sendirinya, mereka akan lebih bertanggung jawab dan akan memajukan organisasi.

Rule 8: Buat parameter yang lebih tinggi untuk kepuasan konsumen

Jika hal ini bisa Anda lakukan, maka pelanggan akan terus kembali. Beri mereka lebih dari yang mereka inginkan, sehingga pelanggan tahu bahwa Anda sangat menghargai mereka. Jika Anda membuat kesalahan, janganlah cari alasan pembenar tapi mintalah maaf.

Rule 9: Kontrol pengeluaran Anda.

Berikan konsentrasi lebih pada hal itu dibandingkan hal lain seperti berkompetisi Dengan kiat ini, maka Anda akan menemukan keunggulan kompetitif. Kunci di sini adalah efisiensi. Rangkaian kesalahan bisa saja terjadi, tapi kita tetap bisa pulih jika bisa efisien dalam kegiatan operasional. Atau, Anda boleh saja brilian dalam konsep bisnis tapi tetap saja akan tersingkir dari persaingan akibat tidak efisien.

Rule 10: Berenanglah ke hulu Jangan mau terjebak dengan mengikuti apa yang dilakukan oleh orang lain.

Buat cara dan jalan bisnis sendiri dan jangan takut bila bertentangan dengan keyakinan banyak pebisnis lainnya. Sam Walton terbukti sukses mendirikan tokonya di kota yang populasinya hanya 50 ribu orang. Padahal sebelumnya, banyak pebisnis meyakini bahwa sebuah toko diskon tidak dapat bertahan lama di kota yang populasinya terbatas.

(sumber Harian Global by Yeni Kurniawi - Wednesday 12 September 2007 - 08:43:23)

Tidak ada komentar: