Senin, 03 Mei 2010

Kutunggu Tunasmu

Dua minggu yang lalu saya dan bapak merapikan sejengkal tanah yang lama ngga terurus. Tanah itu banyak ditumbuhi rerumputan. Rumputnya sudah tinggi-tinggi. Apalagi bulan-bulan sebelumnya curah hujan cukup banyak, menjadikan rumput-rumput menjadi sangat subur.

Setelah dibabat habis rumput-rumput itu, seminggu kemudian bapak sudah membawa potongan-potongan batang ubikayu alias singkong yang sudah dikemas dalam dus yang cukup besar. Ada kali kalau sekitar 200-an potongan batang ubi.

Berikutnya potongan-potongan batang itu pun siap untuk di tancapkan di tanah yang sudah terbebas dari ilalang. Lama ngga melakukan kegiatan-kegiatan kayak gini, ternyata membuat badan semua terasa pegal dan linu. Sampai-sampai jari-jari tangan ikut-ikutan 'njarem'. Tapi terasa menyenangkan, jadi teringat lagusnya Koesploes teantang tanah kita yang subur ketika batang-batang singkong itu di tancapkan. Memang tanah kita ini sangat subur. Dengan hanya batang-batang yang dipotong dan di tancapkan tidak dalam waktu yang lama sudah akan tumbuh dan menghasilkan ubi.

Sudah ngga sabar rasanya untuk segera melihat batang-batang itu segera keluar tunas-tunasnya dan tumbuh menjadi besar. Dan ngga sabar juga segera ingin melihat apakah hasil bertancap ria ini akan menghasilkan singkong yang baik atau tidak.

Apapun kalau dilakukan sendiri sense of belonging-nya jadi tinggi. Rasa memiliki dan kepeduliannya menjadi meningkat. Kutunggu tunasmu dari batang-batangmu.

Tidak ada komentar: