Senin, 05 November 2007

Anak Jalanan


Hampir selama 10 hari kerja saya tidak menggunakan kendaraan saya sendiri, karena sejak pulang dari Mudik pas lebaran kendaraan saya masukan ke bengkel. Ada kejadian kecil dalam perjalan mudik-ku, mobilku di 'cium' motor dari belakang hingga bember belakang lecet dan sobek sedikit.

Selama mobil dibengkel, untuk pergi kekantor saya selalu cari tebengan, atau pulang dengan naik kendaraan umum. Pada saat saya pulang naik umum ini saya melihat ada 2 anak dibawah umur yang 'ngamen' di perempatan di mana angkot yang aku tumpangi berhenti. Anak yang satu saya taksir kelas 3 (jika dia sekolah) dan adiknya kurang lebih 2 tahun. Kemudian mereka mulai menyanyi dimana kakanya yang tepuk-tepuk tangan sebagai musik, sementara adiknya yang 2 tahun dengan suara yang ngga jelas dan kas anak kecil melantunkan nyanyian yang aku sendiri tidak tahu.

Ada apa dengan semua itu, hati saya langsung miris saat membayangkan mereka adalah anak-anak saya yang kurang lebih hampir seusia dengan mereka. Barangkali mereka pun tidak tahu apa yang sedang dia lakukan karena barangkali ada orang lain yang memanfaatkan mereka untuk mencari duit, atau dia sendiri yang berinisiatif untuk cari duit dan kayaknya hal tersebut tidak mungkin karena mereka masih kecil-kecil. Mereka harus menyelip-nyelip diantara mobil-mobil dan motor yang sangat bahaya dan dengan tenangnya mereka melakukan itu semua. Dan setelah selesai si kakak pun menggendong adiknya untuk menepi ke pinggir jalan lagi karena lampu telah hijau.

Bagaimana dengan tempat tinggal mereka, bagaimana mereka makan, bagaimana dengan pendidikannya banyak bertanyaan berkecamuk dalam pikiranku. Sementara saya mempunyai gaji tetap tiap bulan untuk makan, untuk pendidikan, untuk perumahan selalu dan selalu meresa tidak cukup. Apa karena itukah saya kecil tumbuh menjadi seperti sekarang, karena perasaan yang tidak pernah merasa cukup maka saya selalu memacu untuk mendapatkan yang lebih. tapi bagaimana dengan mereka apakah mereka tidak ada keinginan untuk itu. Apakah benar kesempatan untuk mereka tidak ada? Ataukah mereka males dan hanya cari mudahnya saja?
Beranikah saya menunjuk saya sendiri sebagai biang ketidak berdayaan jika kita merasa kurang. Bukannya menyalahkan orang lain atau keadaan. Bisa jadi saya dilahirkan harus berusaha sesuatu untuk bisa mempertahankan agar tetap hidup ini berlangsung.
Saya sendiri tidak menyalahkan kaum anak jalanan atau gelandangan. Tapi bagaimana mereka mempunyai kesadaraan untuk merubah hidup mereka dari keterpurukan menjadi keberhasilan. Kalau mereka punya keinginan untuk itu dan mau berusaha dan bisa mewujudkan itu mungkin Indonesia akan majuuuu.

Tidak ada komentar: