Selasa, 17 Maret 2009

Hidup Untuk Orang Lain

"Permisi ya mas, saya mau naruh tas di atas" begitu sapaan seorang bapak yang akan menaruh tas diatas tempatku duduk di kereta api. Dalam perjalanan saya dari Blitar untuk kembali ke Jakarta.

Segera sayapun memperhatikan ke bapak yang minta ijin naruh tasnya. Setelah tasnya ditaruh dan kemudian duduk bersebelahan dengan saya, saya perhatikan ada perban di tangannya dan sedang seperti di gip karena sakit. Dan setelah saya tanyakan, tangannya sebelah kanan tulangnya retak karena terjatuh dan berusaha untuk menahan beban tubuh. Sakitnya sudah hampir 8 bulan ini katanya.


Saya perhatikan bapak ini walau sudah cukup umur tapi terlihat energik. Tersirat dalam wajahnya ada keceriaan dan tanpa beban. Walau rambutnya sudah mulai memutih seiring umurnya yang saya perkirakan lebih dari 50 tahun.

Perbincangan pun semakin melebar kemana-mana, mulai dari perkerjaan beliau apa dan sekarang punya kesibukan apa sampai pada keluarga dan tempat tinggalnya.

Bapak ini yang saya akhirnya tahu namanya adalah pak Handoyo. Beliau adalah pensiunan pada perusahaan kimia milik negara yang sekarang tinggal di Tebet.

Dari perbincangannya saya tahu bahwa beliau sekarang ikut mengurusi dan mengelola anak-anak yatim."Sembari ngisi waktu berkarya untuk sosial mas" katanya. Ya saya semakin ingin mengabdikan diri ke orang-orang marginal ini karena juga di dorong oleh meninggalnya putri tunggal kesayangannya yang di panggil Tuhan lebih dulu. Putrinya meninggal karena mengidap sakit asma.

Semenjak itu dan kalau saya tangkap dari ceritanya, beliau ingin mentotalkan hidupnya untuk kegiatan-kegiatan seperti itu. Sebuah kegiatan yang luar biasa. "Saya sebelum gabung pernah di tilpon oleh pengurus yayasan anak yatim ini, kalau anak-anak di panti asuhannya sudah hampir 5 hari belum makan nasi", setelah itu beliau kemudian tergerak hatinya untuk mengunjungi panti itu dan bahkan ikut bergabung untuk mengurusinya.

"Memang tidak mudah mas cari dana untuk keperluan mereka itu" begitu katanya, "saya sudah mencoba kemana-mana tapi sepertinya masyarakat yang mampu itu belum tentu secara keseluruhan tergerak setelah saya ceritakan keadaannya. Dan untuk menopang pendanaan kalau ada sumbangan dalam bentuk uang coba dibelikan ke hal-hal yang bisa digunakan untuk cari uang. Contohnya beli termos es dan kulkas. Anak-anak panti diajari untuk bikin es dan setiap sekolah mereka juga sambil bawa termos es untuk di jual. Hasilnya dari situ bisa nambah biaya hidup mereka.

Memasuki masa pensiunnya ini beliau akan hijrah ke kampung halaman di Kediri dan punya angan-angan untuk membuka hal serupa di Kediri. Beliau ingin beli tanah yang agak luas dan berharap tanah itu bisa dikelola oleh anak panti asuhan untuk menopong biaya operasional harian plus pendidikan.

Makanya beliau tertarik ketika saya sampaikan kalau dikampung dengan punya lahan yang agak luas kemudian ditanami rumput gajah (KOLONJONO) yang hasilnya bisa di jual untuk pakan ternak cukup menjanjikan hasilnya. Pengerjaannyapun tidak terlalu susah.

Dari perjalanan ini saya dapat pengalaman yang luar biasa dari pak Handoyo terhadap hasrat HIDUPnya UNTUK ORANG LAIN. Semoga makin banyak pak Handoyo-Handoyo yang lain.

"Bapak Handoyo A.S adalah mantan Direktur Keuangan Kimia Farma yang tinggal di Tebet dan Asli Kediri"

Tidak ada komentar: