Senin, 30 Juni 2008

Ketemu Figur Cemerlang

Untuk mengembangkan wawasan salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan ketemu figur yang bisa dijadikan panutan. Figur itu tentunya punya kelebihan dibandingkan oleh kebanyakan orang. Kelebihan atau kecemerlangannya bisa bermacam-macam. Bisa berupa kecerdesannya, kehebatannya dalam bidang karir, kehebatannya dalam bidang usaha sendiri atau apapun juga. Yang jelas figur ini terlihat menonjol dibanding pada orang kebanyakan.

Hari Minggu kemarin saya ketemu dengan saudara, posisinya sebagai kakak dari putra mantu budhe istri saya. Walah pasti bingung ya. Ya begitulah posisinya dengan saya. Tetapi saya melihat sosok saudara ini tidak hanya sebagai saudara namun bisa sebagai figur yang saya pandang sukses. Sukses dalam hal berwiraswasta. Nama saudara saya ini adalah Abimanyu, yang biasa dipanggil Mas Manyu. Usaha yang digeluti lebih ke bidang properti ataupun developer lainnya, seperti pembangunan jalan, pembangunan jembatan dan lain sebagainya.


Pertemuan dengan Mas Manyu ini bertepatan pada acara mantenan adiknya di Malang. Dalam obrolannya awalnya memang terlihat sangat kaku. Karena pada awalnya saya tidak begitu akrab dengan beliau dan bahkan mungkin tidak mengenal siapa saya. Saya bisa memaklumi hal tersebut karena kesibukan beliau dalam mengelola usahanya. Namun di mata keluarga besar istri saya semua tahu siapa mas Manyu termasuk dengan saya.

Inilah tantangan saya untuk bisa bertemu dengan orang yang mempunyai minat berbeda dengan saya dan tentunya punya kecemerlangan untuk bisa menambah wawasan saya.

Apa yang saya inginkan sebenarnya? Saya ingin bisa dapat mengobrol dengannya dalam suasana yang tidak kaku. Dan ternyata hal tersebut bisa saya lakukan. Berawal dengan salaman sebagai basa-basi saya kenalkan diri saya dan saya jelaskan posisi saya sebagai saudara. Setelah perkenalan yang basa-basi sambil menikmati makanan di pesta pernikahan tersebut saya coba kembangkan obrolan pada minat yang tentunya buat mas Manyu juga ketahui.

Saya ketahui bahwa anaknya yang nomer dua telah lulus SMA dan telah diterima dengan beasiswa dari Ciputra untuk melanjutkan ke Intitute Business Management (IBM) milik Ciputra Group secara gratis sampai dia lulus. Berawal dari obrolan itu beliau juga antusias menceritakan kembali bagaimana anaknya bisa memperoleh hal itu.

Obrolan lain pun melebar ke pertanyaan-pertanyaan saya mengenai keberhasilan beliau untuk mendapatkan kesuksesan dari kacamata saya. Ternyata tanpa di duga banyak cerita yang beliau sampaikan ke saya dan cerita dari beliau mengalir begitu saja seolah saya dan beliau kenal sudah lama.

Dari obrolan ini saya banyak sekali mendapatkan pencerahan. Mulai dari pencerahan bagaimana memulai usaha dan bagaimana harus me-manage sampai bagaimana harus menikmati hasil kerja keras tersebut dan bagaimana hasil yang sudah diperoleh itu tumbuh dan tumbuh terus.

Beliau bercerita, memasuki usia yang ke 52 dengan penampilan yang masih prima dan terlihat masih muda ini, Mas Manyu menjelaskan trik-triknya mengelola uang. Beliau senang dengan membeli aset dan tidak suka menyimpan dalam bentuk uang. Kalau menyimpan dalam bentuk uang godaannya begitu besar katanya. Kalau bisa belikan saja aset bisa berupa tanah, rumah ataupun ruko. Hingga pada suatu saat nilainya kalau dijual lagi bisa berlipat ganda.

Beliau mencontohkan, awalnya beliau dulu kerja ikut orang di kontraktor, dari gaji bulanannya selalu dibelikan aset berupa tanah. Dan untuk memnbeli tanah tentunya juga tidak sembarangan dengan pertimbangan asal tanah tersebut pada posisi strategis dan dikemudian hari dapat dijual dengan harga berlipat.

Kegiatan beliau ini pun berawal dari coba-coba. Awalnya ada tanah yang waktu di beli hanya puluhan juta rupiah tetapi dalam hitungan bulan atau tahun tanah tersebut menjadi ratusan juta. Dari hasil penjualan diputar lagi dengan beli tanah yang lebih luas dan di jual lagi dengan tentunya lebih tinggi dari itu.

Begitu terus hal tersebut diulang-ulang, sambil juga melakukan usaha lain yaitu membangun prasarana dan sarana dalam bidang properti. Keahliannya dalam bidang bangun membangun diperoleh dari waktu beliau kuliah di Tehnik Sipil ITS. Sementara usaha ini berjalan usaha jual beli aset dan tanah masih tetap berlangsung.

Diusianya yang ke 52 ini sebenarnya beliau sudah tidak lagi aktif sebagai kontraktor di developer sudah hampir 10 tahun. Bisa dikalkulasi bahwa beliau sebenarnya sudah mulai menikmati hidup pada usia 42 tahun. Pada usia tersebut kebebasan finansial sudah terjadi pada Mas Manyu. Uang yang ditanam dalam bentuk aset sudah dapat melipat gandakan dengan sendirinya. Dan dari hasil berlipat ganda tersebut bunganya dapat digunakan untuk membiayai hidup dan keluarganya termasuk dengan biaya sekolah anak-anaknya.

Sesuatu yang sangat fantastis, kelihatannya semua itu terlihat mudah tetapi dalam kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Awal-awalnya mas Manyu pun harus berjungkir balik untuk mendapatkan itu semua. Ada hal yang mendasar yang beliau sampaikan dari semua perjalan hidupnya tersebut bahwa beliau punya cita-cita untuk hidup kaya dan akan melakukan apapun untuk mendapatkan hal tersebut. Cita-cita itu harus sangat melekat dalam sanubari untuk bisa memujutkannya.

Bagaimana mewujudkannya? Salah satunya HARUS BERANI MENGAMBIL SIKAP DAN KEPUTUSAN. Apa sikap dan keputusannya yang mendasar? KELUAR DARI KERJA IKUT ORANG DAN KERJA UNTUK DIRI SENDIRI. Keputusan itu tentunya tidaklah mudah untuk diambil. Bagi yang sudah berkeluarga ini akan sangat sulit dan membutuhkan pertimbangan yang sangat njlimet. Tetapi itu berani beliau ambil. Resiko itu siap beliau hadapi. Dan ternyata resiko itu telah beliau berhasil lalui.

Ada kata-kata High Risk High Return (Resiko yang besar akan mendatangkan keuntungan yang besar pula). Dari kata-kata itu mas Manyu punya cara tersendiri untuk menjelaskannya. Beliau meresa bahwa disekeliling beliau banyak orang hebat, banyak orang pinter dan banyak orang sudah sukses duluan. Bagaimana caranya orang yang bermodal dengkul itu bisa mendapatkan sukses dibanding dengan orang-orang yang lebih dulu sukses itu? Ibaratnya ada orang sukses yang mengendarai mobil BMW dan beliau ibaratkan dirinya sendiri awalnya hanya naik DOKAR. Mana mungkin bisa menyalipnya? Jalan satunya-satunya harus punya keberanian untuk melakukan hal-hal diluar kebiasaan. Misalnya hanya bisa menyalip BMW di tikungan yang tajam dengan cara mengencangkan tali kuda agar ditikungan tersebut jauh lebih cepat dibanding BMW yang berusa ngerem untuk hati-hati. Siapa yang bisa ke salip dan siapa yang siap tergelincir? Taruhannya memang dengan resiko yang cukup besar dan tinggi? Tapi itulah salah satu cara yang harus di tempuh begitu kata beliau.

Selama tidak berani mengambil keputusan yang kontroversial maka tidak akan pernah ada keberhasilan yang cemerlang. Tapi kalau tidak punya nyali besar janganlah coba-coba soalnya kalau tergelincir dan jatuh maka akan jauh lebih parah dan taruhannya bisa nyawa. Tetapi kalau punya nyali besar dan niat yang bulat silahkan di coba maka ganjarannya jauh akan lebih nikmat.

Beliau juga mencotohkan kembali pada saat beliau ketemu dengan teman-temannya di masa kuliah atau SMA yang tidak berani mengambil keputusan yang sangat menantang maka jadinya ya hanya sebagai pegawai negri begitu-begitu saja. Bahkan dalam usia yang menginjak tidak produktif masih harus jungkir balik.

Itu semua saya peroleh dari obrolan dengan figur cemerlang yang kebetulan sebagai saudara saya. Dan dari situ saya dapat banyak pencerahan dan saya juga punya niatan untuk mencoba menjalankan dari apa yang dijelaskan di dalam The Art of War tentang mengembangkan wawasan dengan mengaktualisasikan untuk menambah jaringan personal pada figur yang bisa berkontribusi pada kesuksesan dan tentunya bertemu dengan orang-orang yang punya minat yang berbeda-beda. Dengan harapan wawasan semakin tumbuh dan berkembang.

Tidak ada komentar: