Senin, 17 Maret 2008

Tariff War

Masih seputar tarif dalam jasa telekomunikasi. Perang tarif (tariff war) dalam bisnis telekomunikasi sudah tidak terelakan lagi. Siapa yang memulai dan siapa yang akan mengakhiri? Mungkin hal tersebut juga sangat mudah dibaca oleh pelanggan pengguna jasa telekomunikasi. Atau pelanggan jangan-jangan malah pusing menentukan operator mana yang akan menjadi pilihannya. Karena hampir dua minggu sampai satu bulan pasti ada perubahan tarif terutama dari operator telepon seluler.


Perang tarif ini siapa yang akan diuntungkan? Siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah? Siapa atau apa yang diperebutkan dari perang tarif ini? Banyak sekali pertanyaan yang timbul dari fenomena yang terjadi akhir-akhir ini tentang pertarifan jasa telekomunikasi. Hal ini mulai sejak dikenainya sangsi terhadap operator Telkomsel dan Indosat yang bermuara di perusahaan Singapur yaitu TEMASEK. KPPU dalam hal ini sebagai pengawas usaha menjatuhkan sangsi kepada dua operator nasional dan operator dari Singapur untuk membayar denda atas tuduhan terjadinya monopoli usaha.

Dari hasil tuduhan tersebut operator-operator di Indonesia mulai melihat kembali aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah tentang usaha jasa telekomunikasi ini. Apakah iya operator-operator tersebut telah melanggar aturan yang berlaku sehingga sampai mengarah kepada monopoli usaha? Selain itu operator-operator di Indonesia masih ditengarahi menerapkan tarif yang mahal terhadap konsumennya.

Dengan adanya hembusan permasalahan tarif yang mahal ini dari regulator dalam hal ini pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan baru yang mengisyaratkan tarif harus turun dari yang sekarang. Dari tarif yang ada ditentukanlah tarif dengan tarif batas bawah. Batas bawahnya seberapa? Hal ini biar pasar yang menentukan. Wow kalau hal ini yang terjadi repotlah si operator untuk menentukan tarifnya.

Ujung-ujungnya terjadi PERANG TARIF seperti sekarang ini, minggu ini operator A mengeluar tarif x dan operator B minggu berikut mengeluarkan tarif Y yang lebih murah dari tarif operator A. Sampai batas apa mereka akan terus turun. Sampai batas gratiskah?

Kalau kita membayangkan yang namanya perang yang terbayang adalah kondisi yang sangat kacau balau. Apakah para pelaku perang sudah mempertimbangkan segala kemungkinannya? Apakah mereka juga sudah membuat strategi-strategi yang jitu untuk melumpuhkan musuhnya? Perang menjadi sangat menarik jika akhir dari perang adalah kemakmuran? Perang akan menjadi menarik kalau tidak timbul korban? Tapi apakah hal tersebut mungkin?

Perang tarif antar operator yang terjadi saat ini sudah jelas siapa yang menjadi sasaran perebutannya yaitu PELANGGAN. Operator-operator tersebut akan berbuat apa saja asal bisa mendapatkan CERUK PELANGGAN YANG BANYAK. Sebagai sasaran perebutan dalam perang kondisi pelanggan saat ini sedang menikmati keuntungan. Tapi apa iya pelanggan juga sangat menikmati dengan diberikannya tarif murah dan dapat berbicara lewat telepon sampai berjam-jam? Siapa yang tahan bicara secara berjam-jam? Efektifkah hal tersebut dilihat dari sisi pelanggan? Untuk sebagian orang bisa jadi sangat efektif tapi untuk pelanggan lain hal itu bisa menjadi masalah.

Hal ini juga akan menjadi preseden buruk jika tarif telekomunikasi menjadi sangat dan sangat murah. Artinya secara usaha ini tidak akan mendatangkan profit lagi. Melihat budaya dan karakter pasar, jika tarif sudah pernah diberikan secara murah dan akan dikembalikan lagi menjadi tarif dalam hitungan normal itu akan sulit diterima pasar. Jadi dengan kondisi seperti hal tersebut biaya pengembangan dan operasi dari jasa telekomunikasi akan dipangkas habis-habis. Kalau hal tersebut benar-benar terjadi maka service ke palanggan akan menjadi berkurang karena kurangnya pengembangan tehnologi karena terbatasnya dana pengembangan. Bisa jadi pertumbuhan pembangunan BTS atau tower radio akan sangat minim. Dampaknya pelanggan akan kesulitan melakukan panggilan karena sinyal tidak ada. Atau biaya operasional untuk pemeliharan perangkat tidak ada lagi. Jika terjadi kerusakan disana-sini akan sangat lambat pembetulannya akan kembali lagi palanggan tidak dapat melakukan transaksi dengan baik.Apakah hal ini berarti akan terjadi kemunduran kembali untuk dunia telekomunikasi kita?

Kebutuhan jasa dan ketersediaan jasa akan menjadi menarik jika mendatangkan hasil yang saling menguntungkan pada kedua belah pihak. Dan jika hal tersebut tidak terjadi ya tinggal menunggu waktu. Untuk hal seperti ini harus segera menjadi perhatian oleh pemerintah sebagai lembaga yang mengatur dan ikut memperdayakan usaha di negeri ini.

Jangan sampai muncul anekdot seperti ini : wong bayar murah koq pengin dapat kulitas baik. Wong beli bajaj koq ingin nikmat kayak mercy he he he he.

Tidak ada komentar: